Monday 12 August 2013

Javanese Black Metal sectie Jenggala

Poster acara Jalur Bebas Jatim
Pertengahan Juni 2013 saya datang ke Sidoarjo untuk menyaksikan sebuah gig metal Jalur Bebas 8 Penjuru Jawa Timur. Tiba di venue ternyata acara tertunda beberapa jam karena masalah teknis. Sayang baru saja menyaksikan Tewas band asal Pasuruan dan atraksi Reog Ponorogo, saya telah dijemput oleh Bima, eigenaar Jenggala Production dan bassis Thirsty Blood. Tujuan utama saya adalah bertemu Jenggala Black Metal Legion untuk riset dokumenter tentang Javanese Black Metal (JBM). Maka berangkatlah kami ke kediaman Andhoenk vokalis Sacrifice yang bisa disebut sebagai band garda depan Javanese Metal untuk area Jawa Timur. Vrooommm….


Andhoenk vox Sacrifice
Adalah Djiwo vokalis Makam (Solo) yang memberikan referensi untuk menemui Andhoenk sebagai nara sumber untuk daerah Jawa Timur. Rumah Andhoenk terletak di daerah Gempol tidak jauh dari lokasi lumpur celaka Lapindo. Perbincangan dengan Andhoenk langsung terasa akrab, tak ketinggalan Adi vokalis band Javanese War Metal Wisik membuat percakapan langsung mengarah ke sebuah scene metal yang sedang berkembang di Jawa Tengah dan Jawa Timur ini.

Scene JBM ternyata tidak sebatas musik tetapi telah berkembang menjadi gerakan budaya yang menggali kembali akar budaya Jawa. Scene yang melirik ke belakang dan terbagi menurut asal-usul kerajaan-kerajaan di Jawa Timur. Pergerakan ini membentuk sub-scene JBM seperti Jenggala Legion (Sidoarjo), Kediri Metal dan Dhoho. Beberapa band yang tergabung dalam Jenggala Legion diantaranya Sacrifice, Wisik, Mongsopati, Sekar Mayat, Thristy Blood dan Danyang Kuburan.

Jawa Timur yang sosial – kultural nya sangat kuat pengaruh Islam, ternyata mempunyai scene JBM yang berjalan seiring dengan spiritual Jawa. Sungguh berbeda dengan prediksi saya sebelumnya bahwa akan terjadi penolakan terhadap unsur spiritual Jawa. Kenyataannya mereka adalah musisi dengan dengan Islam sebagai agama dan Jawa adalah DNA, berjalan beriringan. Komunitas JBM telah menjadi arena pembelajaran mereka tentang sejarah budaya dan spiritual Jawa. Penggunaan lirik, simbol dan huruf Jawa telah menggantikan simbol pentagram, 666 dan sosok setan antah berantah.
 
Proses Artwork karya Andhoenk
Ada yang menarik dari perjalanan riset ini adalah proses penggambaran artwork untuk sampul album maupun merchandise band. Andhoenk yang juga adalah perupa mendapatkan ‘inspirasi’ melalui sebuah proses spiritual dan dengan mendatangi situs-situs peninggalan kerajaan-kerajaan di Jawa. Sebagian karya Andhoenk bisa dilihat di http://kundolangit-art.blogspot.com/
Album Sacrifice yang dirilis oleh label Ukraina
Album Wisik yang dirilis oleh label Ukraina

Wisik
Ada pula Wisik, band beraliran Javanese War Metal dengan vokalisnya Adi Cemeng yang mengangkat tema perang. Secara spesifik Wisik membahas tentang berbagai senjata yang digunakan dalam perang di dunia supranatural. Sebuah tema yang pastinya membutuhkan penelusuran secara budaya yang mendalam.

Scene JBM telah menjadi sebuah scene yang istimewa karena sangat kuat hubungannya antara konteks dan musisi, dimana mereka adalah praktisi langsung dan pejuang kebudayaan. Mereka bukan band yang memprotes politik atau isu sosial dan setelahnya bergembira di kedai bir. Kalau kita selalu berdebat tentang budaya, inilah sebuah gerakan budaya baru Nusantara yang sementara berkembang.

Bagi yang tertarik mengkoleksi cd yang dirilis terbatas oleh Jenggala Production silakan ke halaman FB mereka: http://on.fb.me/15ULWdI atau http://on.fb.me/17j0Aut untuk mercandise.






No comments: