Monday 18 October 2010

"Blues is the root everything else just the fruit" – Willie Dixon


Setelah memalak seorang teman, akhirnya saya mendapatkan pass untuk masuk arena bluesfest Jakarta 2010. Setelah “menyetem kuping pentatonik” saya siap untukn di empat panggung yang ada. Berikut penampilan yang sempat saya catat…..


Adrian Adioetomo dan kontrak dengan iblis.

Demi popularitas dan keterampilan memetik blues, konon Robert Johnson menggadaikan jiwanya kepada iblis. Sebuah pertanyaan usil tersirat apakah Adrian Adioetomo melakukannyajuga? Dengan iblis juga kah atau malah Johnson sendiri? Hanya berbekal ‘dingklik’ dan gitar logam yang sudah uzur petikan delta blues Adrian tiba-tiba membuat suasana Green Stage menjadi penuh mistis. Blues seperti Telegram dan Blues Iblis menjadi lagu yang ditunggu penonton.

Ada yang aneh sebelum pertunjukan dimulai, yaitu satu set perangkat DJ yang ada di atas panggung. Adrian ternyata memadukan delta blues dengan efek bunyi dari piringan hitam. Scratching piringan hitam oleh DJ pun menjadi sangat blues, suatu kejutan untuk penonton yang memperkirakan fusi blues dengan house music.

Seperti setahun yang lalu, Adrian mengajak bluesman pemain harmonica dari Bandung, yang kali ini telah berani tampil sendiri tanpa didampingi gurunya.

Penampilan Adrian di malam pertama blues fest ini menjadi salah satu yang ditunggu. Selain mempunyai fans yang setia dan komunikasi ‘nakal’ dengan penonton, Adrian Adioetomo merupakan satu-satunya bluesman yang membawakan delta blues, blues kuno yang penuh mistis. Semoga tahun depan Adrian bisa naik kelas, yaitu ditempatkan panggung yang lebih’layak’ untuknya.













Rama Satria & The Electric Mojos with Lance Lopez

Blues tanpa ampun! Sejak blues pertama penonton tidak diberi kesempatan pemanasan, mereka langsung dibakar oleh duel Rama dan Lance. Lick bluesrock ala SRV dan Hendrix tidak memberikan kesempatan telinga untuk rileks.

Rama dan orkes bluesnya dengan bantuan Lance bernostalgia dengan Red House, sebuah tribut untuk Hendrix dengan durasi extra. Di blues ini Rama dan Lance mulai saling berduel emprovisasi. Lebarnya tone Gibson milik Lance disambut tajamnya lengkingan Fender milik Rama.

Tanpa ada jedah, Rama langsung menyambung improvisasi Red House dengan blues legendaris Voodoo Chille. Ini berarti medley Hendrix. Di saat memasuki improv, duel Rama-Lance makin menjadi solo-solo panjang mereka tampilkan dan kali ini suara keyboard pun tidak mau kalah. Kolaborasi Rama-Lance-keyboard menjadi semacam trisula yang menusuk telinga. Tunggu dulu...ini bukan lagi panggung musik, ini adalah sebuah opera blues! Ya, Rama cs berhasil membuat pertunjukan ini bak opera laga.

Sekitar 15 menit Rama Satria & The Electric Mojos dan Lance Lopez melakukan jamming sambungan dari Voodoo Chille yang ditutup dengan begitu klimaksnya. Beberapa ‘blues for dummies’ malah masih membawa sisa-sisa dengung Voodoo Chille bahkan sampai ke panggung Abdee dan Candil.


Kara Grainger....hmmmm

Kembali ke Green Stage, seakan menjadi penutup yang sempurna untuk hari pertama Djarum Super Jakarta Blues Festival 2010. Kara Grainger yang elok mulai membawakan blues yang manis. Penampilan blueswoman asal Australia ini bisa dibilang membawa suasana rileks bagi penonton sebelum pulang.

Hanya empat lagu yang dinyanyikan Kara dan bandnya. Santai dan sederhana, itulah kesan dari penampilan Kara tapi mereka mampu mengajak penonton

untuk bertepuk tangan dan bergoyang dengan irama blues-reggae. Apalagi senyum dan wajah menawan Kara sama menawan dengan permainan slide nya.

Dengan empat lagu tadi seolah menjadi pemanasan bagi Kara, mengingat besok malam dia akan tampil di panggung utama Blue Stage, sama seperti tahun lalu. Satuyang patut disyukuri adalah dengan talenta dan wajah yang rupawan, untunglah Kara memilih blues.

Jakarta Bluesfest memang berbeda dari konser sebelumnya: Rockin’Land atau Exodus. Mengapa saya bela-belain menyehatkan paru-paru atau memalak teman demi konser ini? Padahal tidak satupun dari mereka adalah idola saya. Yang jelas saya pulang dengan perasaan yang aneh, mistis… seakan baru saja diberikan mojo yang ampuh. Ya, itulah blues…I got my mojo working…

Perantauan, Pulau Jawa - 15/10/10