Friday 13 March 2015

MAAF KALO SAYA BERTANYA MELULU - UNDERGROUND IN THE ABOVEGROUND



Sebagai pembuka, penulis menyatakan menolak segala tindakan dan pemikiran rasial, dan sikap menebar kebencian terhadap etnis tertentu harus dihentikan!

10 Maret 2015 publik underground dikejutkan dengan sebuah petisi yang menentang Ki Gendeng Pamungkas atas sikapnya yang rasial. Banyak masyarakat metal mendukung petisi tersebut dengan menandatangani ataupun hanya dengan komentar di sosial media.

Seperti yang “kita ketahui bersama” KGP bisa dibilang penyelenggara konser metal paling produktif di negara ini walaupun sebagian besar konser dilaksanakan hanya dalam lingkup kota Bogor.

Seperti yang “kita ketahui bersama” KGP mampu menghadirkan band-band kelas atas Indonesia dalam konsernya dengan mahar tontonan yang murah.

Seperti yang “kita ketahui bersama” dalam konser itulah atribut dan aura rasial-politik bertebaran baik di spanduk, orasi maupun tulisan bold di kaos kru panggung dan sekuriti. Sebuah pemandangan yang tidak nyaman ketika saya meliput di acara tersebut.

Kehebohan akhirnya berawal ketika seorang sahabat dari komunitas buku dan filsafat akhirnya mengetahui kondisi dunia underground di Bogor yang sebenarnya telah lama “kita ketahui bersama” tadi. Mungkin kawan itu shock dan akhirnya membawanya ke aboveground, jadilah petisi yang direspon oleh kawan-kawan underground/metal. Banyak yang mendukung petisi tapi ada pula yang mengambil sikap yang lain.

Bebarapa band garda depan kemudian mengambil sikap mundur dari konser yang diselenggarakan KGP yang juga menghadirkan yang mulia Gorgoroth dan Disavowed itu. Sebuah pernyataan yang sangat tepat melihat dari penggemar mereka yang besar. Setidaknya sikap band-band ini akan memberikan edukasi yang luas untuk menentang sikap rasialis.

Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa baru sekarang ini band-band mengambil sikap demikian, ketika ada petisi dan penolakan masal terhadap KGP. Padahal seperti “kita ketahui bersama” beberapa band tersebut sempat tampil di beberapa gig KGP.

Saya teringat komentar dari seorang kawan dari aboveground: “Selama masih dibawah tanah, tenang aja masih aman…” Di dalam underground/metal memang terdapat banyak hal-hal unik yang jika dibawa ke aboveground akan menjadi sesuatu yang menghebohkan yang juga berimbas ke scene underground itu sendiri. Underground punya habit sendiri untuk menghalalkan banyak hal sebelum berbalik menentang ketika itu dibawa kepermukaan. Sebagai contoh, berapa banyak artwork yang menampilkan salib terbalik? Bukankah itu adalah sebuah bentuk penistaan sebuah agama? Sah-sah aja, selama itu ada di bawah tanah.

Sebuah jaringan metal multimedia yang cukup terkenal pernah memberikan jawaban untuk pertanyaan saya: “Penikmat pintar hanya mengambil sarinya, bukan intinya…” terdengar agak janggal ketika melihat musisi yang bersusah payah menciptakan sebuah karya metal dengan konsep yang matang berharap pendengarnya bisa mengerti baik sari maupun inti dari lagu mereka. Mungkin tidak perlu dimengerti, selama berada di underground sah-sah saja.

Setahun lalu seorang lapak-ers di Wonosobo ditangkap polisi karena menjual kaos metal dengan tulisan ‘Tem**k Sejuta Umat”. Tulisan yang sangat biasa ditemukan di kerumunan metalhead apalagi di scene porngrind. Seperti biasa ketika berita ini muncul di media aboveground kemudian ramai-ramai mencaci. Padahal sekali lagi itu adalah hal yang telah lama “kita ketahui bersama”.

Okesip, kembali lagi ke………..Bogor.

Setelah gelombang kritik dan penolakan terhadap KGP berikut gigsnya, KGP tetap ngeyel menyatakan kalau acaranya tetap berjalan. Sekarang kita bicara tentang metalhead yang mengharapkan Gorgoroth maupun Disavowed, konser yang bisa ditukar dengan receh 25.000 atau ‘free sale’ 15.000 (saat membuat ketikan ini di web resmi Gorgoroth masih terdaftar jadwal konser di Bogor). Apakah metalhead yang hadir akan disebut pendukung rasisme? Ataukah mereka adalah metalhead pinggiran metropolitan yang akhirnya mempunyai kesempatan mungkin sekali seumur hidupnya menyaksikan yang maha besar Gorgoroth dengan tarif dibawah 6 digit.

Untuk melawan kampanye rasial KGP dalam scene underground memang tidak cukup dengan petisi. Kita bisa melihat KGP dan kelompoknya menghidupkan scene underground lengkap dengan simbol 666 dan emblem bintang Daud, bahkan di daerah kekuasaan politik sayap kanan.

Sepertinya perlu adanya sebuah event tandingan dengan frekwensi gigs, band line-up, venue dan harga yang bersaing. Scene Bogor membutuhkan orang-orang yang berkampanye menolak rasisme dalam dunia musik, yang mampu memberikan tontonan berkualitas dan bersih dari segala kepentingan.



Metal connects with people, regardless of their cultural, political or religious backgrounds. And these people aren't just absorbing metal from the west; they're transforming it, creating a new outlet they can't find in their traditional cultures, a voice to express their discontent with the chaos and uncertainty that surrounds them in their rapidly changing societies. And for metalheads all across the globe, metal is more than music, more than an identity. Metal is freedom, and together, we are now a GLOBAL TRIBE.    
  

–Sam Dunn, Global Metal (2008)