Poster acara Jalur Bebas Jatim |
Pertengahan Juni 2013 saya datang ke Sidoarjo untuk
menyaksikan sebuah gig metal Jalur Bebas 8 Penjuru Jawa Timur. Tiba di venue
ternyata acara tertunda beberapa jam karena masalah teknis. Sayang baru saja menyaksikan Tewas band asal Pasuruan dan atraksi Reog Ponorogo, saya telah dijemput oleh Bima, eigenaar Jenggala Production dan bassis
Thirsty Blood. Tujuan utama saya adalah bertemu Jenggala Black Metal Legion
untuk riset dokumenter tentang Javanese Black Metal (JBM). Maka berangkatlah
kami ke kediaman Andhoenk vokalis Sacrifice yang bisa disebut sebagai band
garda depan Javanese Metal untuk area Jawa Timur. Vrooommm….
Andhoenk vox Sacrifice |
Adalah Djiwo vokalis Makam (Solo) yang memberikan referensi untuk menemui Andhoenk sebagai nara sumber untuk daerah Jawa Timur. Rumah Andhoenk terletak di daerah Gempol tidak jauh dari lokasi lumpur celaka Lapindo. Perbincangan dengan Andhoenk langsung terasa akrab, tak
ketinggalan Adi vokalis band Javanese War Metal Wisik membuat percakapan
langsung mengarah ke sebuah scene metal yang sedang berkembang di Jawa Tengah dan
Jawa Timur ini.
Scene JBM ternyata tidak sebatas musik tetapi telah
berkembang menjadi gerakan budaya yang menggali kembali akar budaya Jawa. Scene
yang melirik ke belakang dan terbagi menurut asal-usul kerajaan-kerajaan di
Jawa Timur. Pergerakan ini membentuk sub-scene JBM seperti Jenggala Legion
(Sidoarjo), Kediri Metal dan Dhoho. Beberapa band yang tergabung dalam Jenggala
Legion diantaranya Sacrifice, Wisik, Mongsopati, Sekar Mayat, Thristy Blood dan
Danyang Kuburan.
Jawa Timur yang sosial – kultural nya sangat kuat pengaruh
Islam, ternyata mempunyai scene JBM yang berjalan seiring dengan spiritual Jawa.
Sungguh berbeda dengan prediksi saya sebelumnya bahwa akan terjadi penolakan
terhadap unsur spiritual Jawa. Kenyataannya mereka adalah musisi dengan dengan
Islam sebagai agama dan Jawa adalah DNA, berjalan beriringan. Komunitas JBM
telah menjadi arena pembelajaran mereka tentang sejarah budaya dan spiritual
Jawa. Penggunaan lirik, simbol dan huruf Jawa telah menggantikan simbol
pentagram, 666 dan sosok setan antah berantah.
Ada yang menarik dari perjalanan riset ini adalah proses
penggambaran artwork untuk sampul album maupun merchandise band. Andhoenk yang
juga adalah perupa mendapatkan ‘inspirasi’ melalui sebuah proses spiritual dan
dengan mendatangi situs-situs peninggalan kerajaan-kerajaan di Jawa. Sebagian
karya Andhoenk bisa dilihat di http://kundolangit-art.blogspot.com/
Album Sacrifice yang dirilis oleh label Ukraina |
Album Wisik yang dirilis oleh label Ukraina |
Wisik |
Ada pula Wisik, band beraliran Javanese War Metal dengan
vokalisnya Adi Cemeng yang mengangkat tema perang. Secara spesifik Wisik
membahas tentang berbagai senjata yang digunakan dalam perang di dunia
supranatural. Sebuah tema yang pastinya membutuhkan penelusuran secara budaya
yang mendalam.
Scene JBM telah menjadi sebuah scene yang istimewa karena
sangat kuat hubungannya antara konteks dan musisi, dimana mereka adalah
praktisi langsung dan pejuang kebudayaan. Mereka bukan band yang memprotes
politik atau isu sosial dan setelahnya bergembira di kedai bir. Kalau kita
selalu berdebat tentang budaya, inilah sebuah gerakan budaya baru Nusantara
yang sementara berkembang.
Bagi yang tertarik mengkoleksi cd yang dirilis terbatas oleh Jenggala Production silakan ke halaman FB mereka: http://on.fb.me/15ULWdI atau http://on.fb.me/17j0Aut untuk mercandise.
No comments:
Post a Comment