Sebagai pembuka, penulis menyatakan menolak segala tindakan
dan pemikiran rasial, dan sikap menebar kebencian terhadap etnis tertentu harus
dihentikan!
10 Maret 2015 publik underground dikejutkan dengan sebuah
petisi yang menentang Ki Gendeng Pamungkas atas sikapnya yang rasial. Banyak
masyarakat metal mendukung petisi tersebut dengan menandatangani ataupun hanya
dengan komentar di sosial media.
Seperti yang “kita ketahui bersama” KGP bisa dibilang
penyelenggara konser metal paling produktif di negara ini walaupun sebagian
besar konser dilaksanakan hanya dalam lingkup kota Bogor.
Seperti yang “kita ketahui bersama” KGP mampu menghadirkan
band-band kelas atas Indonesia dalam konsernya dengan mahar tontonan yang
murah.
Seperti yang “kita ketahui bersama” dalam konser itulah
atribut dan aura rasial-politik bertebaran baik di spanduk, orasi maupun
tulisan bold di kaos kru panggung dan sekuriti. Sebuah pemandangan yang tidak
nyaman ketika saya meliput di acara tersebut.
Kehebohan akhirnya berawal ketika seorang sahabat dari
komunitas buku dan filsafat akhirnya mengetahui kondisi dunia underground di
Bogor yang sebenarnya telah lama “kita ketahui bersama” tadi. Mungkin kawan itu
shock dan akhirnya membawanya ke aboveground, jadilah petisi yang direspon oleh
kawan-kawan underground/metal. Banyak yang mendukung petisi tapi ada pula yang
mengambil sikap yang lain.
Bebarapa band garda depan kemudian mengambil sikap mundur
dari konser yang diselenggarakan KGP yang juga menghadirkan yang mulia
Gorgoroth dan Disavowed itu. Sebuah pernyataan yang sangat tepat melihat dari
penggemar mereka yang besar. Setidaknya sikap band-band ini akan memberikan
edukasi yang luas untuk menentang sikap rasialis.
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa baru sekarang ini
band-band mengambil sikap demikian, ketika ada petisi dan penolakan masal
terhadap KGP. Padahal seperti “kita ketahui bersama” beberapa band tersebut
sempat tampil di beberapa gig KGP.
Saya teringat komentar dari seorang kawan dari aboveground:
“Selama masih dibawah tanah, tenang aja masih aman…” Di dalam underground/metal
memang terdapat banyak hal-hal unik yang jika dibawa ke aboveground akan
menjadi sesuatu yang menghebohkan yang juga berimbas ke scene underground itu
sendiri. Underground punya habit sendiri untuk menghalalkan banyak hal sebelum
berbalik menentang ketika itu dibawa kepermukaan. Sebagai contoh, berapa banyak
artwork yang menampilkan salib terbalik? Bukankah itu adalah sebuah bentuk
penistaan sebuah agama? Sah-sah aja, selama itu ada di bawah tanah.
Sebuah jaringan metal multimedia yang cukup terkenal pernah memberikan
jawaban untuk pertanyaan saya: “Penikmat pintar hanya mengambil sarinya, bukan
intinya…” terdengar agak janggal ketika melihat musisi yang bersusah payah
menciptakan sebuah karya metal dengan konsep yang matang berharap pendengarnya
bisa mengerti baik sari maupun inti dari lagu mereka. Mungkin tidak perlu
dimengerti, selama berada di underground sah-sah saja.
Setahun lalu seorang lapak-ers di Wonosobo ditangkap polisi
karena menjual kaos metal dengan tulisan ‘Tem**k Sejuta Umat”. Tulisan yang
sangat biasa ditemukan di kerumunan metalhead apalagi di scene porngrind.
Seperti biasa ketika berita ini muncul di media aboveground kemudian
ramai-ramai mencaci. Padahal sekali lagi itu adalah hal yang telah lama “kita
ketahui bersama”.
Okesip, kembali lagi ke………..Bogor.
Setelah gelombang kritik dan penolakan terhadap KGP berikut
gigsnya, KGP tetap ngeyel menyatakan kalau acaranya tetap berjalan. Sekarang
kita bicara tentang metalhead yang mengharapkan Gorgoroth maupun Disavowed,
konser yang bisa ditukar dengan receh 25.000 atau ‘free sale’ 15.000 (saat
membuat ketikan ini di web resmi Gorgoroth masih terdaftar jadwal konser di
Bogor). Apakah metalhead yang hadir akan disebut pendukung rasisme? Ataukah
mereka adalah metalhead pinggiran metropolitan yang akhirnya mempunyai
kesempatan mungkin sekali seumur hidupnya menyaksikan yang maha besar Gorgoroth
dengan tarif dibawah 6 digit.
Untuk melawan kampanye rasial KGP dalam scene underground
memang tidak cukup dengan petisi. Kita bisa melihat KGP dan kelompoknya
menghidupkan scene underground lengkap dengan simbol 666 dan emblem bintang
Daud, bahkan di daerah kekuasaan politik sayap kanan.
Sepertinya perlu adanya sebuah event tandingan dengan
frekwensi gigs, band line-up, venue dan harga yang bersaing. Scene Bogor
membutuhkan orang-orang yang berkampanye menolak rasisme dalam dunia musik,
yang mampu memberikan tontonan berkualitas dan bersih dari segala kepentingan.
Metal connects with people, regardless of their cultural,
political or religious backgrounds. And these people aren't just absorbing
metal from the west; they're transforming it, creating a new outlet they can't
find in their traditional cultures, a voice to express their discontent with
the chaos and uncertainty that surrounds them in their rapidly changing
societies. And for metalheads all across the globe, metal is more than music,
more than an identity. Metal is freedom, and together, we are now a GLOBAL TRIBE.
–Sam Dunn, Global Metal (2008)