Pada tanggal 6 Juni 2016 Garda Metal Hitam Nvsantara, DJIWO merilis video musik ARDUM.
Video ARDUM adalah hasil kerjasama dengan The Anarcho Brothers yang selama ini menjadi sekongkol dari band DJIWO.
Seperti pesan dari lirik ARDUM yang bermakna tarian jiwa, video ini menampilkan gerakan tangan Ratriarkha yang diambil dari beberapa gerakan MUDRA yang dikonversikan ke dalam sisi black metal.
Video ARDUM bisa dinikmati di link ini: https://goo.gl/fMhntA
Berikut plakat peluncuran....
Hot Coffee & Cool Conversation
Perjalanan menembus dokumenter, musik dan kebudayaan.
Sunday, 5 June 2016
Sunday, 10 April 2016
THE AMBASSADOR OF KWAN: WAHYU
Apa pula itu Ambassador of Kwan? Hanya itu yang terlintas ketika membuat judul blog acakadut ini. Kwan adalah respek, kesungguhan dan keteguhan. Kata-kata yang menyimpulkan seorang kawan dari Bayuwangi ini.
Saya berkenalan dengan Wahyu ketika mengikuti tour Superglad ke Jawa Tengah, Wahyu dengan motor bututnya jauh-jauh dari Solo membawa kaset untuk ditandatangani. Saya sempat mewawancarai dan kemudian menjadi salah satu bagian scene yang cukup penting dari dokumenter Superglad - Rock Together. Wahyu adalah tipe fans yang akan mengejar idolanya hingga ke backstage dan selalu berhasil menyambani Slank, Nidji, Gigi dan rif/.
Yang menarik dari Wahyu adalah aksi-aksi sosialnya, dari membantu dan memperjuangkan hak Jamkesmas hingga ke Kementerian Kesehatan demi seorang bocah berjantung bolong, hingga melepas belenggu korban pemasungan.
Sebagai Pembuat Dokumenter
Wahyu adalah mahasiswa keesehatan di sebuah PT di Solo. Pada sebuah kesempatan saya dibuat tercengang dengan 2 film dokumenternya tentang HIV/AIDS dan Puskesmas. Keduanya dibuat dengan menggunakan kamera saku Kodak C195.
Dokumenter penyuluhan HIV/AIDS dibuat seiring tugasnya ke daerah lokalisasi dan kemudian tinggal bersama seorang PSK yang rentan tertular HIV. Wawancara tampak teratur dan beberapa candid ke dalam lokalisasi.
Film kedua adalah tentang Puskesmas yang bertahan melayani ke daerah terpencil walau keterbatasan dana dari dinas kesehatan. Dokumenter berbentuk promo ini memaparkan dengan jelas tergantungnya warga dengan keberadaan Puskesmas sementara fasilitas dan obat-obatan yang ada sangat terbatas. Akibat diputarnya dokumenter ini ke Dinas Kesehatan, Puskesmas ini mendapat hibah dana sebesar 50 juta rupiah.
Ada satu buah lagu Gigi berjudul "Cintailah Mereka" yang digunakan dalam dokumenter tentang AIDS. Wahyu berharap suatu saat ingin bertemu Armand Maulana dan meminta ijin menggunakan lagu tersebut.
Tenaga Kesehatan Partikelir
Di saat Jawa Tengah mencanangkan "Nol Pemasungan", ternyata Wahyu mendapatkan penderita gangguan jiwa yang masih dipasung. Penderita berumur 40an tahun dan dipasung terpisah dari rumah orang tuanya. Perawatan yang dilakukan Wahyu akhirnya berhasil melepas rantai pasungan dan hingga saat ini telah mempunyai kegiatan bercocok tanam.
Terakhir saya mengontaknya
ternyata Wahyu dan kawan-kawan tengah mendirikan sebuah rumah baca yang menyediakan berbagai informasi, berlokasi di daerah Pasar Kliwon Solo.
Masih banyak kegiatan partikelir yang telah dilakukan Wahyu, cukup panjang untuk diceritakan di sini, biarlah itu porsinya bang Kick Andy. Di mata saya Wahyu adalah fans musik rock di sisi satunya, yang masih ber-New Rock ria ketika bertugas praktek di rumah sakit dan seorang superhero kesehatan di sisi yang lainnya.
Saya selalu yakin seseorang manusia tidak akan menjadi baik ketika diberikan kekuatan super, saya selalu percaya dan mengidolakan para villain karena mereka nyata. Namun manusia seperti Wahyu Sukmana membuat manusia seperti saya percaya bahwa ada harapan tinggal di negeri bedebah ini. Orang-orang baik masih ada dan mereka nyata, mereka yang saya sebut The Ambassador Of Kwan.
Silakan berkawan dengan Wahyu:
https://www.facebook.com/profile.php?id=100010238527903&fref=ts
Rumah Baca Sangkrah
http://rumahbacasangkrah.com/
Saya berkenalan dengan Wahyu ketika mengikuti tour Superglad ke Jawa Tengah, Wahyu dengan motor bututnya jauh-jauh dari Solo membawa kaset untuk ditandatangani. Saya sempat mewawancarai dan kemudian menjadi salah satu bagian scene yang cukup penting dari dokumenter Superglad - Rock Together. Wahyu adalah tipe fans yang akan mengejar idolanya hingga ke backstage dan selalu berhasil menyambani Slank, Nidji, Gigi dan rif/.
Yang menarik dari Wahyu adalah aksi-aksi sosialnya, dari membantu dan memperjuangkan hak Jamkesmas hingga ke Kementerian Kesehatan demi seorang bocah berjantung bolong, hingga melepas belenggu korban pemasungan.
Penyuluhan kesehatan dari desa ke desa |
Wahyu adalah mahasiswa keesehatan di sebuah PT di Solo. Pada sebuah kesempatan saya dibuat tercengang dengan 2 film dokumenternya tentang HIV/AIDS dan Puskesmas. Keduanya dibuat dengan menggunakan kamera saku Kodak C195.
Dokumenter penyuluhan HIV/AIDS dibuat seiring tugasnya ke daerah lokalisasi dan kemudian tinggal bersama seorang PSK yang rentan tertular HIV. Wawancara tampak teratur dan beberapa candid ke dalam lokalisasi.
Film kedua adalah tentang Puskesmas yang bertahan melayani ke daerah terpencil walau keterbatasan dana dari dinas kesehatan. Dokumenter berbentuk promo ini memaparkan dengan jelas tergantungnya warga dengan keberadaan Puskesmas sementara fasilitas dan obat-obatan yang ada sangat terbatas. Akibat diputarnya dokumenter ini ke Dinas Kesehatan, Puskesmas ini mendapat hibah dana sebesar 50 juta rupiah.
Ada satu buah lagu Gigi berjudul "Cintailah Mereka" yang digunakan dalam dokumenter tentang AIDS. Wahyu berharap suatu saat ingin bertemu Armand Maulana dan meminta ijin menggunakan lagu tersebut.
Tenaga Kesehatan Partikelir
Di saat Jawa Tengah mencanangkan "Nol Pemasungan", ternyata Wahyu mendapatkan penderita gangguan jiwa yang masih dipasung. Penderita berumur 40an tahun dan dipasung terpisah dari rumah orang tuanya. Perawatan yang dilakukan Wahyu akhirnya berhasil melepas rantai pasungan dan hingga saat ini telah mempunyai kegiatan bercocok tanam.
Wahyu bersama penderita HIV/AIDS, mendampingi hingga akhir |
ternyata Wahyu dan kawan-kawan tengah mendirikan sebuah rumah baca yang menyediakan berbagai informasi, berlokasi di daerah Pasar Kliwon Solo.
Masih banyak kegiatan partikelir yang telah dilakukan Wahyu, cukup panjang untuk diceritakan di sini, biarlah itu porsinya bang Kick Andy. Di mata saya Wahyu adalah fans musik rock di sisi satunya, yang masih ber-New Rock ria ketika bertugas praktek di rumah sakit dan seorang superhero kesehatan di sisi yang lainnya.
Berhasil melepas pasung dengan pendekatan kemanusiaan |
Silakan berkawan dengan Wahyu:
https://www.facebook.com/profile.php?id=100010238527903&fref=ts
Rumah Baca Sangkrah
http://rumahbacasangkrah.com/
Sunday, 17 January 2016
FILM-FILM THE ANARCHO BROTHERS DI BUTTON IJO
Awal tahun 2016 ini The Anarcho Brothers bekerja sama dengan Button Ijo untuk mendistribusikan film-film mereka. Dokumenter Rock In Solo 2012 "The Return" (Kamerad Edmond& Haris Kartasumitra) dan dokumenter/eksperimental Djiwo's Pamurba Yatmaka Cakra Bhirawa (Kamerad Edmond) kini bisa diperoleh melalui produk unik USB Sinema prakarsa depot film Button Ijo.
The Anarcho Brothers memilih USB Sinema karena dianggap tepat untuk film mereka. Film dokumenter musik masih kurang peminatnya secara retail/individual dibanding produk musik itu sendiri, CD, kaset atau digital. USB Sinema memungkinkan sebuah film untuk ditonton melalui screening bersama, nonton bareng dimana komunitas musik berkumpul dan lebih jauhnya membuka sebuah diskusi, sehingga jangkauan pemirsa bisa semakin luas dan pembahasan film itu sendiri makin terbuka.
ROCK IN SOLO 2012 "THE RETURN"
Melihat konten film ini, "The Return" bisa dibilang adalah sebuah review panjang tentang event Rock In Solo 2012. Kamerad Edmond, Haris Kartasumitra dan Yuka Dian Narendra berkomentar tentang pandangan mereka terhadap event ini. Dokumenter ini berisi cuplikan peristiwa dibalik dan selama event ini digelar, dengan penampilan diantaranya Bandoso, Dreamer, Makam, Jasad, Belligerent Intent dan tentunya aksi Cannibal Corpse.
DJIWO'S PAMURBA YATMAKA CAKRA BHIRAWA
Video dokumenter/eksperimental intinya berisi narasi statement dari Shiva Ratriarkha sang vokalis band Nusantara Black Metal Djiwo tentang pemikirannya pada album Cakra Bhirawa. Berisi visual hitam-putih yang kental dengan aura magis-kelam dan di sisi lainnya menawarkan pencerahan spiritual.
Lebih jauh tentang USB Sinema:
http://buttonijo.com/pages/support-1
Bekasi, Januari 2016
The Anarcho Brothers memilih USB Sinema karena dianggap tepat untuk film mereka. Film dokumenter musik masih kurang peminatnya secara retail/individual dibanding produk musik itu sendiri, CD, kaset atau digital. USB Sinema memungkinkan sebuah film untuk ditonton melalui screening bersama, nonton bareng dimana komunitas musik berkumpul dan lebih jauhnya membuka sebuah diskusi, sehingga jangkauan pemirsa bisa semakin luas dan pembahasan film itu sendiri makin terbuka.
ROCK IN SOLO 2012 "THE RETURN"
Melihat konten film ini, "The Return" bisa dibilang adalah sebuah review panjang tentang event Rock In Solo 2012. Kamerad Edmond, Haris Kartasumitra dan Yuka Dian Narendra berkomentar tentang pandangan mereka terhadap event ini. Dokumenter ini berisi cuplikan peristiwa dibalik dan selama event ini digelar, dengan penampilan diantaranya Bandoso, Dreamer, Makam, Jasad, Belligerent Intent dan tentunya aksi Cannibal Corpse.
DJIWO'S PAMURBA YATMAKA CAKRA BHIRAWA
Video dokumenter/eksperimental intinya berisi narasi statement dari Shiva Ratriarkha sang vokalis band Nusantara Black Metal Djiwo tentang pemikirannya pada album Cakra Bhirawa. Berisi visual hitam-putih yang kental dengan aura magis-kelam dan di sisi lainnya menawarkan pencerahan spiritual.
Lebih jauh tentang USB Sinema:
http://buttonijo.com/pages/support-1
Bekasi, Januari 2016
Subscribe to:
Posts (Atom)